Labels

Monday, June 17, 2013

SUMBER DAN LANDASAN HUKUM AGAMA HINDU.

Agama Hindu adalah agama pertama yang ada dan di yakini serta di anut oleh manusia, sebelum ada dan berkembangnya sistem dan pola keyakinan lain di bumi ini. Veda adalah kitab sucinya. Agama ini pada awalnya di kenal dengan nama Sanatana Dharma, atau Dharma, dan di anut oleh masyarakat yang mendiami lembah Shindu - di wilayah Asia Selatan / Afganistan sekarang - dan sekitarnya. Para penganut Dharma ini di kenal dengan sebutan " ARYA" yang berasal dari Bahasa Sanskerta, ( Bukan Bahasa Jerman, lho, ) yang artinya " Yang Terang/yang mengikuti jalan terang". Orang-orang Arya di kenal sebagai orang-orang "ASTIKA" yang artinya adalah "orang yang memiliki keyakinan (Sradha/iman) kepada Tuhan dan mengikuti serta melaksanakan hukum-Nya -Veda-. Orang-orang yang menolak dan tidak melaksanakan hukum Veda, di sebut dengan "NASTIKA"  yang berarti "Orang-orang tanpa Keyakinan / tidak percaya kepada Tuhan dan Hukum-Nya".

Veda, merupakan Sabda (Wahyu) dari Brahman, Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sumber agama Hindu (Dharma), yang hakikatnya "telah ada" sebelum ciptaan ini ada. Veda berarti "Pengetahuan", bukan hanya pengetahuan dalam sudut pandang duniawi semata, tetapi pula dalam aspek "Rohani". Brahman (Tuhan YME), menjadikan Veda demikian sempurna, sehingga di luar itu tak ada lagi  pengetahuan lain, yang dapat di cerna dan terima oleh kesadaran manusia. Bila ada pendapat yang menyatakan lain, pada dasarnya itu merupakan pendapat yang tergolong Tamasa (Kebodohan/kegelapan pikiran).

Veda di sebut sebagai "Sruti" (yang di dengar), karena Isi dari Veda merupakan wahyu Brahman yang di terima oleh para Maha Rsi, yaitu orang-orang suci, yang di kenal dengan "Sapta Maha Rsi" atau Tujuh Maha Rsi. Ketujuh Maha Rsi ini merapakan manusia pertama yang berasal dari Manu, - yaitu Wujud pertama dari bentuk yang bernama manusia - yang selanjutnya menurunkan kelompok manusia dan mengajarkan Veda.  Sruti, memuat dasar-dasar Tatva (Tatwa = Filsafat ) Ketuhanan serta Ritual (Yajna) bagi manusia. Oleh Bhagavan Manu, Sruti kemudian di jabarkan sebagai sebuah hukum yang mengatur tata interaksi manusia, hak dan kewajibannya, sehingga kini kita kenal dengan "istilah undang-undang Manu". Dasar-dasar hukum yang di ajarkan oleh Manu ini kemudian di kenal dengan istilah  "Smerti" ( yang di ingat ).

Karena demikian luas cakupan wahyu "sruti" ini, yang meliputi segala aspek kehidupan manusia dan alam semesta, kemudian oleh Bhagavan Vyasa, Veda  -Sruti- di kodifikasi menurut bidang serta tujuannya. Sejak itulah kemudian Veda juga di sebut dengan "Catur Veda". Walaupun demikian, Veda pada dasarnya adalah satu..

Bagi pengikut Hindu, Veda merupakan dasar, pedoman serta suluh dalam meniti hidup di dunia. Dalam segala hal maka Veda merupakan dasar utama, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, Veda merakan Jiwa dari setiap aktifitas manusia. Tak ada sesuatu yang bergerak di luar dan tanpa kendali dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Veda.

Dalam interaksi sosial,  Veda menjadi sumber dan landasan utama. Keselarasan dalam interaksi sangat penting, agar keharmonisan dapat tercapai. Keharmonisan menjadi modal utama bagi terwujudnya cita-cita semesta, yaitu "Moksartam Jagadhita", dengan landasan Dharma ( Veda).  Dalam menata interaksi, sumber dan landasan yang wajib menjadi pedoman dapat di setrukturkan sebagai berikut :

1. Sruti ( Wahyu ).
2. Smerti ( Dharmasastra - Penjabaran wahyu ).
3. Sila ( Etika ).
4. Acara ( Tradisi / kebiasaan yang di lakukan oleh orang-orang suci ).
5. Atmanastusti ( Rasa Kepuasan hati ).

untuk mencapai  keselaran dan keharmonisan di dunia, maka ke lima sumber dan landasan dari hukum di atas, harus menjiwai setiap tindakan dan interaksi manusia. Bila tidak maka dapat di pastikan akan menimbulkan, ketidakadilan, disharmonisasi, sehingga kedamaian dan kebahagian hidup di dunia tak akan pernah di capai, sehingga, tujuan akhir hidup dari perjalanan manusia tak akan tercapai.

Monday, June 10, 2013

Mengenal YUGA Dan YOGA.


Yuga berarti  ZAMAN  atau UMUR DUNIA.
Dalam Kitab Suci Veda, Yuga di bagi ke dalam empat ( 4 ) bagian, yang di kenal dengan istilah CATUR YUGA. Pembagiannya yang empat itu adalah :

1. Satya (Kreta) Yuga.
2. Treta Yuga.
3. Dwapara Yuga.
4. Kali Yuga.

Menurut Kitab Jyotisa, yaitu Kitab Astronomi Hindu, masing-masing Yuga memiliki bilangan yang berbeda satu dengan lainnya. Satyayuga memiliki bilangan : 1.728.000. tahun. Tretayuga memiliki 1.296.000 tahun, Dwaparayuga dengan 864.000 tahun, dan Kaliyuga 432.000. tahun.

Kehidupan kita saat ini berada pada Zaman Kali. Kaliyuga sendiri telah berlangsung atau berumur 5052 tahun. Jadi sisa waktu Kaliyuga adalah 426.948. tahun. Disamping Tahun Saka yang berumur1935  tahun, kita juga memiliki Tahun Kaliyuga yang berumur 5052 tahun. 

Umur makhluk, -khususnya Manusia- di setiap Yuga juga berbeda. Kitab Nitisastra menyuratkan, bahwa pada Kreta (Satya) yuga, umur manusia hingga 100.000 (Seratus Ribu ) tahun. di Zaman Tretayuga, menjadi lebih pendek, yaitu hingga 10.000 (Sepuluh Ribu )  tahun. Di Dwaparayuga, umur lebih pendek lagi hingga tinggal 1000 (Seribu) tahun. Pada Zaman Kali, zaman kehidupan kita sekarang, umur manusia hanya mencapai 100 (Seratus) tahun  saja, akhirnya tinggal 1000 (seribu) Bulan;  sampai pada periode terakhir dari Zaman Kali, umur manusia menjadi hanya  40 (empat puluh) tahun .

Dalam Kakawin Nitisastra, di suratkan bahwa ; pangdening kali murkaning jana wimoha matukar arebut kawiryanan; tan wring ratnya makol lawan  bhrata wandhawa ripu kinayuh pakasrayan; wyartha ng sapatha suprasasti linebur tikaping adharma murka ring jagat.       (Akibat pengaruh Zaman Kali manusia menjadi murka, sombong, suka berkelahi berebut kekuasaan, mereka tidak memahami dunianya sendiri, mereka bergumul dengan keluarga dan saudaranya lalu mencari perlindungan pada musuh; benda-benda suci di rusak, tempat-tempat suci di musnahkan, orangpun di larang masuk ke tempat suci, sehingga menjadi sepi, kutukan tak lagi bertuah, prasasti di lebur oleh orang jahat dan angkara murka ).

Demikianlah yang terjadi pada zaman Kali ini. Suatu Zaman yang tak ubahnya sebagai "Samudera Kehancuran (Sanghara Sagara)". Hanya satu Perahu yang dapat menyeberangi samudera ini, yaitu perahu Bhudi Pekerti. Perahu yang berlunaskan Kesusilaan. Kwalitas dan kekuatan Kesusilaan yang melekat pada orang di zaman Kali inilah yang dapat menyelamatkannya untuk sampai pada tujuan.

YOGA

 Kata Yoga semakin populer belakangan ini, selain karena banyaknya pusat-pusat kebugaran dan pusat terapy yang membuka kelas Yoga, juga karena sorotan sekelompok orang dari agama tertentu yang gerah karena banyaknya anggota kelompoknya mengikuti latihan-latihan  Yoga. Puncaknya adalah munculnya "fatwa" yang mengharamkan Yoga. Apakah Yoga itu, sehingga membuat pimpinan dari agama tertentu uring-uringan...?.

Guna mengetahui apa Yoga itu, dapat kita cermati dari Sabda Sri Krshna dalam Bhagavad Gita II.48, yaitu:

"yoga-sthah kuru karmani
sangam tyaktva dhananjaya,
siddhy-asiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga ucyate".
(Pusatkan pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya wahai Dhananjaya (Arjuna), 
tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab
keseimbangan jiwa itulah
yang di sebut Yoga )

Yoga adalah menghubungkan (yuj) pikiran kepada Tuhan. Tujuan dari
Yoga adalah tercapainya "Keseimbangan Jiwa". Dengan kata lain, pada hakekatnya Yoga  merupakan "Ajaran Disiplin Moral", dengan menghubungkan pikiran kepada Tuhan sehingga sifat-sifat-Nya  dapat di refleksikan ke dalam jiwa, sebagai upaya untuk mencapai tujuan hidup beragama ( Moksa ). Keseimbangan pikiran memang  sangat sulit untuk di capai. Diperlukan latihan yang tekun  dan terus menerus. Latihan disiplin moral pada dasarnya merupakan proses pendakian spiritual. Ia merupakan Yajna, suatu  "Kurban Suci" guna mencapai Kedamaian diri serta keharmonisan dalam berinteraksi antar sesama dan alam sekitar. Yoga terdiri atas empat pembagian yang di kenal dengan istilah Catur Yoga, yaitu ;

1. Karma Yoga.
2. Bhakti Yoga.
3. Jnana Yoga.
4. Raja Yoga.

Yoga mengajarkan nilai-nilai kesusilaan yang sesungguhnya adalah landasan moralitas, yang pada setiap orang teridentifikasi sebagai Bhudi Pekerti, yang menjadi landasan bagi terciptanya keharmonisan hidup. Dengan disiplin moral, orang akan memiliki kemampuan dan kesanggupan mengatasi pengaruh-pengaruh yang membawa akibat buruk bagi dirinya.

Hubungan YUGA Dengan YOGA

Yuga merupakan sebuah masa dari peradaban manusia, yang memiliki sifat karakter dan nilai tertentu. Kaliyuga atau zaman Kali, merupakan sebuah zaman dimana kejahatan merajalela di muka bumi. Orang-orang kehilangan kendali, karena azas-azas kesusilaan yang menjadi landasan moralitas, di anggap sebagai "sesuatu" yang bersifat primitif.
Bhudi Pekerti yang seharusnya menjadi "cahaya" dari sosok wujud yang bernama manusia, kini di zaman Kali di anggap sebagai Penyebab "Banci"nya manusia. Tak salahlah bila Kaliyuga di sebut sebagai "Sanghara Sagara" atau samudera kehancuran.

Disini jelas dapat di pahami hubungan antara Yuga dan Yoga. Yuga merupakan suatu keadaan (situasi dan kondisi) dan Yoga adalah Solusi (cara atau sarana) untuk mengatasi dan melewati keadaan yang di hadapi. Yoga  bersifat sangat universal.

Kaliyuga menghasilkan Sanghara Sagara, dan Yoga menumbuhkan Bhudi Pekerti. Hanya dengan Perahu Bhudi Pekerti-lah Sanghara Sagara dapat di seberangi. Inilah hubungan Yuga dengan pelaksanaan Yoga. Meski Yoga terbagi empat, hakikatnya merupakan satu kesatuan, sebagai Jalan untuk mencapai tujuan akhir manusia.