Labels

Thursday, August 22, 2013

TAMOVEDA.

Istilah Tamoveda (baca: Tamoweda > pen.) sangat asing di pendengaran kita. Hampir tidak ada orang, yang tergolong ilmuwan bahkan awam yang menggunakannya, baik dalam ungkapan lisan maupun tulisan. Lalu apakah yang di maksud dengan istilah ini ?. Apa pula makna yang tersirat dan tersurat dari kata ini?.

Tamoveda adalah istilah yang di berikan kepada 'Suatu ajaran, ilmu pengetahuan dan hukum, yang isi dan pengertiannya bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang di tetapkan di dalam Veda'. Oleh karena itu, semua ajaran, sistem filsafat dan yajna yang ada dan di lakukan dan bertentengan dengan apa yang telah di atur di dalam Veda merupakan sesuatu yang sesat dan menyesatkan. Karena demikian, oleh Brahman melalui Veda di nyatakan sebagai kepalsuan dan tidak membawa pahala bagi siapapun. Sementara orang-orang yang menganuti ajaran, pengetahuan, hukum dan yajna yang menyimpang dan bertentangan dengan Veda di golongkan sebagai NASTIKA, yaitu orang yang mengingkari Sabda Brahman.

Tamoveda  berasal dari bahasa Sanskrta, yang terdiri dari dua kata yaitu; TAMAH(S) yang berarti GELAP, atau BODOH, (Kegelapan dan atau Kebodohan), dan kata VEDA yang berarti PENGETAHUAN (SUCI). Jadi Tamoveda berarti "Ajaran atau Pengetahuan yang bersumber dari kegelapan". Dalam konteks ini di maksudkan semua ajaran dan atau pengetahuan yang bertentangan dengan Veda atau hukum suci (RTA) adalah ajaran dan atau pengetahuan yang bersumber dari kegelapan yang memiliki sifat se'sat dan menyesatkan. Sebagaimana di tegaskan oleh Bhagavan Manu dalam Manava Dharma Sastra (Smrti), bahwa :

Ya Veda waahyaah smrtayo
yaasca kudrstayah,
sarvaastaa nisphallaah pretya
tamo nisthaa hitaah smrtaah.
     ( M.Dh. XII.95.).

'Semua smrti (sistem Hukum) dan semua sistem filsafat
yang rendah, yang tidak berdasarkan Veda,
tidak akan membawa pahala sesudah mati karena
dinyatakan di dasarkan atas kegelapan'.
                 ( M.Dh. XII.95.). 

Penegasan ini memberi tekanan pada pengertian bahwa Veda merupakan Hukum tertinggi yang tidak boleh di bandingkan dengan bentuk hukum atau aturan apapun, yang wajib di laksanakan serta di patuhi oleh seluruh manusia. Hukum Brahman (Tuhan YME) merupakan hukum suci yang melandasi seluruh aktivitas dari keberadaan (eksistensi) ini. 

Lebih jauh dalam hal kedudukan Veda sebagai hukum suci yang tertinggi, adalah sebagaimana tersurat pada ayat berikutnya dalam Manava Dharma Sastra, XII.96. yaitu;

Utpadyante cyavante ca
yaanyato'nyani kaanicit,
taanyarvaakaalika taya
nisphalaanya nrtaani.
(M.Dh.XII.96.).

'Semua ajaran yang berbeda dari Veda
akan segera musnah,
adalah tak bernilai dan palsu 
karena lahir dari zaman yang kacau (kali)'.
(M.Dh.XII.96.).

Dari ayat di atas sangat jelas di nyatakan tentang kedudukan dari Veda, melanjutkan dari ketentuan yang tertuang dari ayat 95 di atas. 

Dalam keyakinan Sanathana Dharma, Veda merupakan hukum tertinggi yang berasal dari Brahman, untuk mengatur segala keberadaan, termasuk dalam hal ini Veda merupakan landasan hukum penciptaan semesta. Jadi walaupun Brahman atau Tuhan itu adalah Maha Kuasa, tetapi segala  tindakanNYA di landasi oleh hukumNYA. Seperti halnya seorang pelukis yang melukis sebuah objek pada kanvasnya, pada dasarnya objek tersebut telah ada di kepalanya sebelum di wujudkan dalam bentuk lukisan. Demikian halnya Veda itu, pada dasarnya Telah ada dalam wujudnya yang abstrak sebelum proses selanjutnya terjadi. Ini di kenali sebagai Kehendak dari Brahman atau Tuhan.

Jadi TAMOVEDA merupakan sebuah istilah yang di gunakan untuk membedakan antara VEDA sebagai Ajaran, Pengetahuan dan Hukum, yang suci, yang bersumber dari Brahman Yang Maha Sempurna yang menjadi landasan keberadaan, penyangga alam semesta, yang patut di patuhi oleh segala yang ada, dengan sistem Ajaran, pengetahuan, serta hukum yang menentang Veda.

Monday, August 19, 2013

MAKANAN DAN SIFATNYA MENURUT VEDA.

Makanan diyakini memiliki pengaruh yang sangat besar pada manusia. Pengaruh tersebut nampak secara fisik dan non fisik. Secara fisik pada pertumbuhan tubuh, sedang pengaruh non fisik berhubungan dengan sifat dan karakter manusia. Demikian pula dampak yang di timbulkan oleh makanan yang di konsumsi tidak dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Kitab Veda memberi perhatian yang amat besar pada bidang ini, meliputi; jenis, kandungan, cara perolehannya, cara membuat, sifat, rasa, dan pengaruhnya pada manusia. Perhatian Veda yang besar ini tak lepas dari begitu besar dan kuatnya pengaruh makanan atas alam spiritualitas manusia.

Kitab Veda membagi makanan kedalam tiga jenis utama. Pembagiannya adalah:

1. Satvik.
Adalah jenis makanan yang memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, bertekstur lembut dan segar serta di peroleh dengan cara-cara yang benar demikian pula pengerjaan dan pembuatnya. memiliki cita rasa yang lezat. Pada manusia makanan jenis ini akan mempengaruhi tumbuhnya sifat satvik (mulia, bijaksana).

2. Rajasik.
Adalah jenis makanan yang memiliki cita rasa yang serba menyengat. Mengandung unsur yang menumbuhkan rangsangan yang berlebih pada sistem hormonal tubuh. Jenis makanan ini memiliki serat yang kasar. Memberi pengaruh pada tumbuhnya sifat Rajas pada manusia (aktif, energik, temparamental).

3. Tamasik.
Adalah jenis makanan yang tidak layak untuk di konsumsi. Makanan ini mengandung unsur-unsur yang kurang/tidak baik bagi tubuh, baik untuk pertumbuhan maupun kesehatan. Seperti hangus, basi, pahit, sepat dan hilang rasa, akan memberi efek negatif pada tubuh. Menyebabkan mabuk dan keracunan. Mempengaruhi manusia dengan munculnya sifat Tamas (malas, pasif, lembam).

Dari sisi rasa Veda membagi makanan menjadi enam ( 6 ) bagian, yaitu :

a. Manis.
b. Pedas.
c. Hambar.
d. Asin.
e. Sepat.
f. Pahit.

Makanan yang di konsumsi secara teknis akan di proses di dalam tubuh melalui organ pencernaan. Dari hasil proses pencernaan tersebut, ekstrak dari makanan akan di serap untuk menjadi darah yang mengalir keseluruh tubuh. Dalam konsep spiritual, bahan atau jenis makanan, unsur kandungan, cara mendapatkan, cara mengolah, serta sifat dan kondisi pengolahnya akan mempengaruhi sifat dan nilai makanan tersebut. Nilai serta sifatnya ini akan ikut terserap tubuh setelah menjadi darah, yang menghidupkan seluruh sel dalam tubuh. Pada akhirnya secara umum akan membawa dampak bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Dalam kitab Ajur Veda disebutkan bahwa salah satu yang di hasilkan oleh makanan di dalam tubuh manusia adalah cairan yang di sebut dengan TRI DOSHA, yaitu tiga jenis cairan humoral yang terdiri dari Vatta, Pitta, dan Kapha. Vatta adalah Vayu (Angin), Pitta adalah Panas, dan Kapha adalah cairan seperti asam lambung. Hasil lain dari makanan yang di cerna dalam perut adalah SAPTA DHATU, yang berfungsi untuk pertumbuhan dan anti body. (I Ketut Wiana, dalam Raditya 69.2003).

Dalam setiap budaya rumah tangga, yang paling sering menyiapkan makanan bagi anggota keluarga adalah pihak wanita (ibu), bahkan dalam budaya bangsa-bangsa timur (termasuk Indonesia), telah di anggap menjadi kewajiban kaum wanita. 

Karena peran dari wanita ini, maka Veda memberi penegasan dalam hal menyiapkan dan mengolah bahan makanan ini. Di sebutkan antara lain; bahwa wanita yang dalam keadaan tidak suci (menstruasi, sakit, hamil) sangat di larang untuk menyiapkan dan mengolah bahan makanan. Hal ini dimaksudkan bahwa kondisi mental/bhatin dari pengolah bahan akan mempengaruhi sifat dari makanan tersebut.

Saturday, August 17, 2013

KARMA PHALA DAN POHON PISANG.

Karma Phala merupakan salah satu dasar keyakinan dalam agama Sanathana Dharma (Hindu). Dalam ajaran Dharma, Karma Phala di maknai sebagai suatu Hukum Sebab - Akibat. Hukum yang mengikat alam semesta seisinya, yang di buat dan di tetapkan oleh BRAHMAN, Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu maka Veda menyebutnya sebagai Hukum Karma Phala. Kata "Karma Phala" berasal dari Bahasa Sanskrta, yang terdiri dari kata Karma yang berarti Gerak, dalam hal ini Gerak berarti; Perbuatan, Tindakan, Kegiatan atau Kerja. Sementara Phala berarti Buah, Hasil atau Pahala. Maka Karma Phala berarti Buah Perbuatan, Hasil Perbuatan, atau Pahala perbuatan. Sehingga apapun perbuatan itu, baik atau buruk, akan membawa akibatnya pula bagi pelaku. Perbuatan baik ( Subha Karma ) akan memberikan hasil yang baik bagi pelakunya, demikian pula perbuatan buruk ( Asubha Karma ) itu, akan memberi pahala yang setimpal bagi pelakunya. Pendeknya, apapun perbuatan itu, seperti itulah hasilnya. Hukum karma phala ini mengikat seluruh alam semesta beserta isinya. 

Dalam kaitan dengan Hukum Karma, tak ada sesuatupun di muka bumi ini yang dapat membatalkannya. Dalam hal ini, Brahman adalah Jaksa dan Hakimnya sekaligus. Yang kita alami saat ini adalah akumulasi dari hasil perbuatan kita di masa yang telah kita lewati. Dengan kata lain, dasar hidup kita sekarang adalah hasil dari hidup kita di masa lampau. Hidup saat ini akan menjadi dasar bagi kehidupan kita di masa yang akan datang. Demikian seterusnya, hingga berakhirnya keberadaan itu sendiri. 

Karma phala atau hasil dari perbuatan itu menurut Veda tidaklah dapat di hapus sekehendak hati kita. Seperti halnya ketika suasana tenang dan kita ingat dengan perbuatan kita yang kurang baik, lalu kita berkeinginan untuk menghapusnya. Keinginan itu pada dasarnya sangatlah baik dan mulia. Tetapi perlu di ketahui bahwa karma phala tidaklah dapat di hapus begitu saja. Ia hanya dapat di netralisir dengan memperbanyak berbuat baik yang menghasilkan pahala kebaikan. Seperti halnya segelas air yang di taburi sesendok tinta atau kopi, maka warna hitam dari kopi atau tinta itu hanya dapat di netralisir dengan menuangkan sebanyak-banyaknya air putih (bersih). 

Seperti halnya pohon pisang, bagimanapun kita berusaha menebangnya, setiap saat akan tumbuh selalu. Tak pernah mati, berapakalipun kita menebangnya, ia akan selalu tumbuh dan berkembang. Pohon pisang itu hanya akan mati bila telah menghasilkan buah. Bila telah berbuah maka di pupukpun ia tak akan pernah hidup lagi. Demikian pula karma phala itu, tak akan pernah berhenti mengikuti sebelum buah karma itu di petik oleh pelakunya.

Maka lakukanlah perbuatan baik itu sekuat dan selama hidup, agar senantiasa berkah Brahman itu tercurah. Sebab anugrah Brahman sejatinya adalah bagi mereka yang senantiasa melakukan dan melindungi Dharma itu.

Friday, August 16, 2013

AGAINST FEAR.

by: Guna Rasaku.
Don't be afraid to say | Veda is the Law of the Universe (Rta).

Don't be afraid to say | Veda is the first and last Worlds Religion.

Don't be afraid to say | Veda is Brahman Words (God Almighty).

Don't be afraid to say | Veda is Sanathana Dharma (Eternal).

Don't be afraid to say | Brahman never change the Dharma (Religion) of His creation from the beginning to the end of this existence.

Don't be afraid to say | Vedic never change.

Don't be afraid to say | Veda does not need improvement (because it comes from the Most Perfect).

Don't be afraid to say | Completion shows an imperfect source.

Don't be afraid to say | Veda is the source of human knowledge.

Don't be afraid to say | Veda existed before the universe existed.

Don't be afraid to say | Veda is the legal basis for the creation.

Don't be afraid to say | Veda is certainty, not a promise.

Don't be afraid to say | Veda is for the whole creation.

Don't be afraid to say | Veda as old as the universe.

Don't be afraid to say | Vedic revelation Knowing means knowing when the end of the universe.

Don't be afraid to say | Veda is Eyes of Men, Gods and People who have died as well as other creatures.

VEDA is a GIFT is unmatched for the universes.

Sunday, August 4, 2013

SEORANG NASTIKA DAPATKAH DI GOLONGKAN DAN DI SEBUT GURU ?.

Sangat luhur ajaran yang di berikan oleh BRAHMAN -Tuhan Yang Maha Esa-, melalui WahyuNya yang terhimpun di dalam Veda, yang semata - mata adalah untuk Kesejahteraan  alam semesta dengan seluruh isinya, serta kebahagiaan umat manusia secara khusus.

Dalam hal HIDUP dan BERKEHIDUPAN, alam semesta dan seluruh isinya tidaklah dapat melepaskan diri dari apa yang di sebut sebagai tuntunan. Sebab segala aktifitas alam semesta dan isinya ini bergerak atau berkarma atas dasar tuntunan itu. Tuntunan bukanlah semata -mata apa yang bersifat material, tetapi  juga adalah segala yang bersifat immaterial. Yaitu apa yang di sebut sebagai ilmu pengetahuan, yang berhubungan dengan kecerdasan individu manusia, demikian pula Rta - Hukum Abadi- dari yang Maha Kuasa. Tuntunan tak ubahnya sebuah tongkat bagi seorang buta untuk menentukan pijakan dari langkah - langkah hidup dan kehidupannya.

Dalam ajaran agama Hindu (Sanathana Dharma), manusia mempelajari, menggali dan memahami tuntunan hidup ini dari empat sumber yang di kenal dengan istilah CATUR GURU, yaitu :

* GURU RUPAKA, adalah guru awal/pertama, yaitu adalah kedua orang tua, ayah - ibu, merekalah yang melakukan yajna sehingga anak-anak (keturunan) terlahir ke dunia (Rupaka = Peng-ujud, pen.). Dari merekalah pertama kali anak manusia mendapat dan mempelajari tuntunan hidup, utamanya yang menyangkut etik dan moralitas. Secara umum, anak yang lahir ibarat kertas putih kosong, dalam perjalanannya, orang tua berkewajiban mengisi kertas kosong tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat dan indah, sehingga memiliki harga.

* GURU PENGAJIAN, merupakan Guru yang bersifat formal, yang mengajar dalam hal ilmu-ilmu utama dalam kehidupan, baik yang bersifat rohani maupun duniawi. Mereka guru yang mengajar tulis baca, sastra, dan ilmu - ilmu penting lainnya. Mereka adalah guru di ashram, pasraman dan sekolah-sekolah dalam bentuknya yang lain .

* GURU WISESA, adalah guru yang memiliki kuasa, artinya karena kekuasaan yang dimilikinya, ia memiliki kuasa untuk menuntun orang-orang pada jalan sejahtera yang damai. Guru ini adalah Raja/Ratu,

* GURU SWADIAYA, merupakan guru yang tertinggi dalam segala hal, yaitu Brahman Yang Maha Mutlak - Tuhan YME - Tuhan di sebut sebagai Guru karena dariNyalah segala sesuatu ini ada. Tuhan adalah sumber segalanya, termasuk segala Ilmu Pengetahuan yang di butuhkan oleh manusia dalam melaksanakan hidup dan Kehidupan. Ilmu Pengetahuan dariNya terwujud sebagai wahyu yang terhimpun ke dalam kitab-kitab suci Veda. Tanpa wara nugerahaNya, tak ada sesuatu yang dapat terjadi dan terlaksana.

Setiap manusia, menurut hukum Veda - Tuhan YME - wajib untuk menghormati ke empat perwujudan guru tersebut. Karena atas karma dan Yajna-nyalah manusia -anak didik - akan memperoleh ilmu pengetahuan yang di butuhkannya. Tanpa restu dan waranugerahanya ilmu pengetahuan yang telah di pelajari tidak akan memberi hasil yang baik dan tidak berpahala.

Sebagai penganut Veda dan Hindu, maka Yajna terbaik dan terindah dalam hidup dan Kehidupan ini adalah melaksanakan segala ketentuan yang menjadi standar hukum hidup dan kehidupan ini, yaitu Veda. Tidak akan ada Yajna lain yang lebih baik dan lebih indah dari itu. Dengan melaksanakan dan menjadikan ketentuan Veda sebagai tuntunan dan sandaran hidup dan kehidupan, maka berarti kita telah menghidupkan Sradha dan Bhakti di muka bumi yang pada muaranya akan menghadirkan Santih dan Moksha. Karena menghidupkan dan merawat Veda di muka bumi, berarti berusaha membuat alam semesta tetap berjalan dalam kedamaian dan kesejahteraan. Tanpa Veda, semesta ini tak akan menemui tujuan utamanya.

Mencermati bagian dari Catur Guru di atas, kita dapat mengelompokkan bagiannya ke dalam dua kelompok utama, yaitu:

1. Kelompok Guru dalam wujud material - hidup di bumi - yang terdiri dari, Guru Rupaka, Guru Pengajian dan Guru Wisesa (Orang tua, Guru Pelajaran dan Penguasa/Pemerintah).

2. Kelompok Guru dalam wujud transenden imanen, yaitu Guru Swadiaya, Brahman/Tuhan YME.

Untuk melaksanakan dan menegakkan Veda, maka sangat penting dan di butuhkan adanya sinergitas antara bagian dari Catur Guru tersebut. Karena tugas utama guru-guru tersebut adalah menanamkan Veda dan menegakannya secara sungguh-sungguh kepada setiap manusia. Apakah - mis. Guru Rupaka - hanya mengira kewajibannya hanyalah untuk membuat isterinya melahirkan anak semata ?. Ataukah sang guru Pengajian mengira kewajibannya hanyalah membuat orang atau anak-anak didik dapat membaca dan menulis semata ?. Atau hanya meluruskan telunjuk saja kewajiban dari sang guru Wisesa itu?. TIDAK  dan TIDAK.  Tugas utama dari sang Catur Guru tersebut adalah menanamkan dan menegakkan  serta melaksanakan Veda. Mengapa ?. Karena Veda adalah Sanathana Dharma. Karena Veda adalah Hukum yang Abadi. Karena Veda adalah KEBENARAN. Karena Veda adalah MATA  bagi Dewa, Manusia dan orang yang telah meninggal (Roh) serta makhluk yang lainnya. Olehnya Veda harus dan wajib di laksanakan oleh seluruh makhluk di alam semesta dan ke tiga dunia.

Dari uraian di atas, maka kita akan sampai pada satu pertanyaan penting bagi seluruh penganut Veda, orang-orang Hindu, dalam kehidupan sosial kita ini, terhadap orang-orang yang tidak meyakini dan tidak mengamalkan Veda, dapatkah kita sebut sebagai Guru?. Dalam hukum Veda, mereka yang menolak dan tidak meyakini serta tidak mengamalkan hukum Veda di sebut sebagai golongan NASTIKA - orang tanpa kepercayaan -, sementara tugas guru dalam paham Catur Guru tersebut adalah menjaga Veda. Maka, dapatkah seorang NASTIKA di golongkan dan di sebut sebagai GURU ?.

Semoga bermanfaat......!!!.

Sumber:
- Di himpun dari berbagai sumber.