Labels

DHARMA WACANA TRI HITA KARANA.

TRI HITA KARANA DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN.

OM AVIGNAM'STU NAMAH SIDDHAM
OM ANO BHADRAH KRTAVO YANTU VISVATAH

OM SVASTI ASTU


Para pengelingsir yang tyang hormati,
Semeton sedharma yang berbahagia.

Sebagai manusia yang mendasari diri dengan sradha dan bhakti, adalah merupakan kebutuhan serta kewajiban kita untuk selalu mempohonkan puja dan puji sebagai wujud bhakti kita kehadapan Brahman -Tuhan YME-, karena atas karunianNyalah kita mendapat limpahan kertha wara nugrahaNya hari ini, sehingga kita dapat bertemu dan berkumpul bersama di tempat ini dengan satu tujuan, yaitu guna mendengarkan pesan-pesan Dharma, dalam bentuk dharma wacana dengan topik TRI HITA KARANA.

Semeton sedharma yang berbahagia.

Ada begitu banyak peristiwa yang terjadi dan kita alami di dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan langsung dengan diri kita  ataupun tidak, juga antara kita dengan lingkungan hidup kita. Ada perselisihan paham antara kita pribadi dengan orang lainnya, antara sahabat kita dengan sahabat lainnya, tetangga kita dengan tetangga lainnya. Ada kejadian-kejadian yang berhubungan dengan alam tempat kita tinggal, seperti banjir yang menimbulkan korban jiwa, peristiwa kabut asap sebagai akibat dari banyaknya hutan yang terbakar, ada  peristiwa tanah longsor dan peristiwa lainnya yang bila di sebut dengan rinci akan m embutuhkan waktu yang amat panjang. Dengan banyaknya peristiwa - peristiwa yang terjadi di sekitar kita itu, maka saya menyampaikan pesan-pesan Dharma melalui Wacana dengan mengangkat judul ; "TRI HITA KARANA DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN".

Semeton sedharma.

Dalam agama Hindu, tujuan utama dari hidup beragama di muka bumi adalah apa yang di sebut dengan bahasa Sanskrta sebagai "moksha'rtam jagadhita ya ca iti dharma", maksudnya  bahwa tujuan hidup itu adalah tercapainya kebahagian dunia dan sunya dengan di landasi oleh Dharma. Dapat pula di katakan bahwa Dharmalah yang mewujudkan kebahagiaan (Harmoni) di dunia dan sunya loka. Ini merupakan cita-cita ideal dari  agama Hindu yang tertuang di dalam kitab suci Veda. Disini dapat di petik makna, bahwa kebahagiaan hanya dapat tercapai apabila segala usaha yang kita lakukan untuk pencapaian makna bahagia itu haruslah di dasari semata-mata dengan Dharma. Olehnya, dalam konteks tindakan (karma) Dharma berarti Hukum atau Aturan, atau Ketentuan sebagai landasan untuk menentukan layak tidaknya, baik buruknya sebuah tindakan itu. Dengan demikian haruslah dapat kita ketahui dan mengerti, tindakan yang kita lakukan itu akan dapat memberi rasa bahagia dalam arti sesungguhnya apabila Dharma menjadi landasannya.

Tidak ada cara lain yang dapat kita lakukan sebagai manusia untuk menuju apa yang di sebut "KEBAHAGIAAN" itu selain berbuat atau berkarma. Mengapa...?. Karena Karmalah yang membawa Hasil atau pahala. Seperti yang di nyatakan dalam Bhagavad Gita III.8. : niyatam kuru karma tvam, karma jyayo hyakarmanah, sarira-yatrapi ca te na prasiddhyed akarmanah. Artinya: Bekerjalah seperti yang telah di tentukan, sebab berbuat lebih baik daripada tidak berbuat, bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya. Kita mau makan, harus kerja, bila tak kerja orang yang manakah sanggup memberimu makan?. Kita mau merasakan buah apel, yaa harus kerja. Jadi Karma atau Kerja itulah yang memberi hasil untuk menuju kebahagiaan. Sementara itu, setiap karma atau tindakan akan membawa pengaruh yang ganda, yaitu pada pribadi dan di luar pribadi kita. Ini berarti kegiatan karma yang kita lakukan akan bersinggungan dengan pribadi-pribadi dan segala sesuatu yang ada di luar diri kita. Bila demikian maka harus ada pedoman hukum yang melandasi segala kegiatan karma yang kita lakukan. 

Semeton sedharma yang berbahagia,

Setiap karma yang di lakukan akan bersinggungan dengan segala sesuatu yang ada di luar diri kita. Ini berarti akan berpengaruh pada hasil atau pahala yang di dapatkan, terlebih dalam meraih cita-cita Kebahagiaan yang Sempurna. Maka oleh Brahman kita di beri pedoman di dalam VEDA dengan konsep "TRI HITA KARANA", yang maksudnya "tiga sebab terwujudnya kebahagiaan ( Harmoni )". Ini merupakan hukum yang wajib di taati oleh setiap manusia, terlebih oleh penganut agama Hindu. Dapat di pastikan, tanpa landasan ini maka hakikat kebahagiaan tak mungkin kita rasakan. Contohnya; kita tak mungkin merasa bahagia bila kita berada dan tinggal di gurun tandus, kita tak akan merasa bahagia bila di sekeliling kita terjadi banjir atau tanah longsor. Atau dapatkah kita merasa bahagia bila hujan turun sepanjang waktu ?.  Maka dengan demikian kebahagiaan kita sangat di pengaruhi oleh keadaan yang ada di luar diri kita. 

Lalu apakah ketiga hal yang menyebabkan terwujudnya kebahagiaan itu?.  Veda dengan jelas menguraikannya untuk pedomani bersama. Tri Hita Karana disini menjadi  konsep pola tindak bagi setiap individu. Sebagaimana di suratkan oleh Veda ketiga bagian itu adalah : 
  1. Deva Hita. Dalam susastra Kawi di sebut dengan PARHYANGAN . Artinya adalah hubungan yang harmonis dengan Brahman (Tuhan YME). Tujuannya adalah memohon segala anugerah kekuatan agar kita dapat menjalani hidup dan kehidupan dengan jiwa besar. Tanpa hubungan yang baik, manusia tak memiliki daya bahkan untuk sekedar hidup. Bentuk hubungan antara manusia dengan Brahman ini, di wujudkan melalui sistem ritus (yajna - kurban suci) yang di laksanakan oleh setiap orang. Sembahyang, berdoa, berjapa, semadi, upawasa (puasa), merupakan bentuk-bentuk dari usaha penciptaan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Brahman.
  2. Manusya Hita (Pawongan). Artinya Hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia. Hubungan baik dengan sesama harus di usahakan, karena manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri (Sosial). Bila kita sedang bermasalah dengan seseorang, ini menyebabkan perasaan kita terganggu. Kita menjadi kikuk dan tertekan, merasa takut bahkan akan merasa malu. Bila sudah demikian maka kita akan merasa tersisih atau minder. Ini sangat mengganggu perasaan hati kita. Setiap manusia wajib mengusahakan sekuat tenaga agar tercipta harmonisasi hubungan di antara manusia. Toleransi, simakrama, saling menolong satu sama lain merupakan bentuk dari konsep hukum Manusya Hita. Hubungan yang baik dan harmonis inilah yang menyebabkan hadirnya rasa bahagia pada setiap manusia.
  3. Buana (Loka) Hita . Konsep ini dalam bahasa Kawi di sebut  PALEMAHAN. Tercipta dan terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam sekitar (lingkungan) nya. Ini amat penting, yang harus di pahami. Alam merupakan tempat tinggal manusia sekaligus sebagai tempat untuk mencari makanan. Tidak ada makanan bagi manusia, yang tak berhubungan dengan alam (buana). Artinya alamlah penunjang kesejahteraan manusia itu. Ajaran ini merupakan perintah bagi setiap manusia untuk menghargai alam. Menghargai dan menghormati bukan berarti menyembah alam, sebagaimana di tuduhkan oleh penganut-penganut Tamoveda itu.Manusia wajib membalas hutang budi kepada alam yang telah menyediakan begitu banyak ragam kekayaan bagi manusia. Lalu bagaimana cara membalas hutang budi kita pada alam ?. Cara yang paling mulia dan mudah adalah berusaha sekuat daya untuk menjaga kelestariannya. Kelestarian alam ini penting sekali di perhatikan. Bayangkan saja seandainya, manusia dengan rakusnya memakan hutan-hutan dengan alasan agar manusia sejahtera. Lalu karena tanah-tanah menjadi gundul, bumi mengalami iklim yang berubah, kemudian hujan dan banjir menerjang, siapakah yang tekena dampaknya?. Siapakah yang menderita kerugian?. Pastilah manusia. Pada dasarnya, bentuk ritus yang di lakukan oleh manusia yang menggunakan sarana prasarana dari alam ini, merupakan bentuk aplikasi dari konsep ini (khususnya Orang Hindu dari Bali). Misalnya buat penjor, sarananya, bambu, ambu (daun Enau (Aren) muda, dan Janur kelapa. Ini berarti  sumber sarana-sarana tersebut harus tetap ada, jangan sampai punah.
Semeton sedharma yang berbahagia.

Kebahgiaan yang sempurna, sebagaiman cita-cita utama bagi manusia dalam agama Hindu tidak dapat di capai dengan diri sendiri. Kebahagiaan seperti ungkapan Moksha'rtam Jagadhita , hanya dapat di raih melalui  Dharma. Maknanya kebahagiaan diri hanya dapat kita rasakan apabila hubungan tiga pilar dapat tercipta dengan harmoni. Sebagaimana tersurat dalam Bhagavad Gita XII.15, yang berbunyi :
 Yasman nodvijate loko
 lokan nodvijate ca yah,
 harsamarsa-bhayodvegair
 mukto yah sa ca me priyah.
Artinya:

   Dia yang oleh siapa dunia ini tak di ganggu
dan tak terganggu oleh dunia ini, yang bebas dari kesenangan,
 kemarahan, ketakutan dan kebingungan,
dia inilah yang terkasih.

Semeton sedharma yang berbahagia,

Sebagaimana yang di nyatakan dalam sloka Bhagavad Gita XII.15 tadi, sesungguhnya Brahman memerintahkan kepada manusia agar selalu menjaga dirinya, menjaga alam tempat tinggalnya, sekaligus menjaga senantiasa hubungan diri kita dengan Brahman sang pencipta. Kebahagiaan yang sempurna hanya dapat di capai dengan Dharma yang harus melandasi setiap aktifitas kita. Kebahagiaan hanya dapat tercapai bila diri kita senantiasa berusaha menjaga harmoni hubungan dalam kerangka Tri Hita Karana.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tidak dapat melepaskan diri dengan alam, karena dari alamlah bahan pangan di dapatkan. Dengan demikian dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi kita harus berusaha memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Bila alam tak lagi seimbang, bila alam tak lagi lestari, hutan-hutan gundul semua, pantai di keruk membabi buta untuk mendapatkan uang, maka jangan heran bila alam menunjukan kemarahannya. Banjir, tanah longsor, semburan lumpur merupakan salah satu bentuk bahasa dari alam, sumbernya sudah tentu adalah Kekuatan dari Hyang Brahman.

Semeton sedharma yang berbahagia,

Sejatinya, tiadalah daya kekuatan dari manusia tanpa karunia dari Brahman Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan. Olehnya kita senantiasa wajib menjaga hubungan dengan Brahman.
Demikian pula adalah kewajiban kita untuk menjaga hubungan dengan manusia lainnya agar tetap harmoni. Hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, menjadikan kita merasa aman dan nyaman. Kemudian dengan tetap berusaha dan menjaga kelestarian alam, maka kita mendapat keyakinan bahwa sumber-sumber kebutuhan kita akan tetap terjamin. 

Kebahagiaan yang sempurna dapat di raih apabila di antara ketiga pilar hubungan (Tri Hita Karana) ini dapat di bina dengan harmonis. Bila salah satunya di ingkari maka yakinlah, kita tak akan merasakan hakikat dari kebahagiaan itu. Tidak mengganggu yang lain pada dasarnya akan memberi kesempatan yang lebih besar kepada kita untuk melakukan perbuatan (karma) baik.

Semeton sedharma yang berbahagia,

Akhirnya, demikian dharma wacana yang bisa saya sampaikan, tanpa maksud menggurui siapapun tetapi lebih sebagai pengingat bagi kita sekalian. Brahman merupakan pelindung dan sumber kekuatan kita, dan hubungan baik dengan sesama manusia merupakan wujud dari nilai kemanusiaan dan persaudaraan, Alam yang lestari merupakan surga dan gudang makanan bagi kehidupan. Dia yang senantiasa menjaganya dengan Dharma, maka dia adalah KEKASIH BAGI BRAHMAN DAN SEMESTA ALAM.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA
OM SANTIH-SANTIH-SANTIH OM.


No comments:

Post a Comment