Sangat luhur ajaran yang di berikan oleh BRAHMAN -Tuhan Yang Maha Esa-, melalui WahyuNya yang terhimpun di dalam Veda, yang semata - mata adalah untuk Kesejahteraan alam semesta dengan seluruh isinya, serta kebahagiaan umat manusia secara khusus.
Dalam hal HIDUP dan BERKEHIDUPAN, alam semesta dan seluruh isinya tidaklah dapat melepaskan diri dari apa yang di sebut sebagai tuntunan. Sebab segala aktifitas alam semesta dan isinya ini bergerak atau berkarma atas dasar tuntunan itu. Tuntunan bukanlah semata -mata apa yang bersifat material, tetapi juga adalah segala yang bersifat immaterial. Yaitu apa yang di sebut sebagai ilmu pengetahuan, yang berhubungan dengan kecerdasan individu manusia, demikian pula Rta - Hukum Abadi- dari yang Maha Kuasa. Tuntunan tak ubahnya sebuah tongkat bagi seorang buta untuk menentukan pijakan dari langkah - langkah hidup dan kehidupannya.
Dalam ajaran agama Hindu (Sanathana Dharma), manusia mempelajari, menggali dan memahami tuntunan hidup ini dari empat sumber yang di kenal dengan istilah CATUR GURU, yaitu :
* GURU RUPAKA, adalah guru awal/pertama, yaitu adalah kedua orang tua, ayah - ibu, merekalah yang melakukan yajna sehingga anak-anak (keturunan) terlahir ke dunia (Rupaka = Peng-ujud, pen.). Dari merekalah pertama kali anak manusia mendapat dan mempelajari tuntunan hidup, utamanya yang menyangkut etik dan moralitas. Secara umum, anak yang lahir ibarat kertas putih kosong, dalam perjalanannya, orang tua berkewajiban mengisi kertas kosong tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat dan indah, sehingga memiliki harga.
* GURU PENGAJIAN, merupakan Guru yang bersifat formal, yang mengajar dalam hal ilmu-ilmu utama dalam kehidupan, baik yang bersifat rohani maupun duniawi. Mereka guru yang mengajar tulis baca, sastra, dan ilmu - ilmu penting lainnya. Mereka adalah guru di ashram, pasraman dan sekolah-sekolah dalam bentuknya yang lain .
* GURU WISESA, adalah guru yang memiliki kuasa, artinya karena kekuasaan yang dimilikinya, ia memiliki kuasa untuk menuntun orang-orang pada jalan sejahtera yang damai. Guru ini adalah Raja/Ratu,
* GURU SWADIAYA, merupakan guru yang tertinggi dalam segala hal, yaitu Brahman Yang Maha Mutlak - Tuhan YME - Tuhan di sebut sebagai Guru karena dariNyalah segala sesuatu ini ada. Tuhan adalah sumber segalanya, termasuk segala Ilmu Pengetahuan yang di butuhkan oleh manusia dalam melaksanakan hidup dan Kehidupan. Ilmu Pengetahuan dariNya terwujud sebagai wahyu yang terhimpun ke dalam kitab-kitab suci Veda. Tanpa wara nugerahaNya, tak ada sesuatu yang dapat terjadi dan terlaksana.
Setiap manusia, menurut hukum Veda - Tuhan YME - wajib untuk menghormati ke empat perwujudan guru tersebut. Karena atas karma dan Yajna-nyalah manusia -anak didik - akan memperoleh ilmu pengetahuan yang di butuhkannya. Tanpa restu dan waranugerahanya ilmu pengetahuan yang telah di pelajari tidak akan memberi hasil yang baik dan tidak berpahala.
Sebagai penganut Veda dan Hindu, maka Yajna terbaik dan terindah dalam hidup dan Kehidupan ini adalah melaksanakan segala ketentuan yang menjadi standar hukum hidup dan kehidupan ini, yaitu Veda. Tidak akan ada Yajna lain yang lebih baik dan lebih indah dari itu. Dengan melaksanakan dan menjadikan ketentuan Veda sebagai tuntunan dan sandaran hidup dan kehidupan, maka berarti kita telah menghidupkan Sradha dan Bhakti di muka bumi yang pada muaranya akan menghadirkan Santih dan Moksha. Karena menghidupkan dan merawat Veda di muka bumi, berarti berusaha membuat alam semesta tetap berjalan dalam kedamaian dan kesejahteraan. Tanpa Veda, semesta ini tak akan menemui tujuan utamanya.
Mencermati bagian dari Catur Guru di atas, kita dapat mengelompokkan bagiannya ke dalam dua kelompok utama, yaitu:
1. Kelompok Guru dalam wujud material - hidup di bumi - yang terdiri dari, Guru Rupaka, Guru Pengajian dan Guru Wisesa (Orang tua, Guru Pelajaran dan Penguasa/Pemerintah).
2. Kelompok Guru dalam wujud transenden imanen, yaitu Guru Swadiaya, Brahman/Tuhan YME.
Untuk melaksanakan dan menegakkan Veda, maka sangat penting dan di butuhkan adanya sinergitas antara bagian dari Catur Guru tersebut. Karena tugas utama guru-guru tersebut adalah menanamkan Veda dan menegakannya secara sungguh-sungguh kepada setiap manusia. Apakah - mis. Guru Rupaka - hanya mengira kewajibannya hanyalah untuk membuat isterinya melahirkan anak semata ?. Ataukah sang guru Pengajian mengira kewajibannya hanyalah membuat orang atau anak-anak didik dapat membaca dan menulis semata ?. Atau hanya meluruskan telunjuk saja kewajiban dari sang guru Wisesa itu?. TIDAK dan TIDAK. Tugas utama dari sang Catur Guru tersebut adalah menanamkan dan menegakkan serta melaksanakan Veda. Mengapa ?. Karena Veda adalah Sanathana Dharma. Karena Veda adalah Hukum yang Abadi. Karena Veda adalah KEBENARAN. Karena Veda adalah MATA bagi Dewa, Manusia dan orang yang telah meninggal (Roh) serta makhluk yang lainnya. Olehnya Veda harus dan wajib di laksanakan oleh seluruh makhluk di alam semesta dan ke tiga dunia.
Dari uraian di atas, maka kita akan sampai pada satu pertanyaan penting bagi seluruh penganut Veda, orang-orang Hindu, dalam kehidupan sosial kita ini, terhadap orang-orang yang tidak meyakini dan tidak mengamalkan Veda, dapatkah kita sebut sebagai Guru?. Dalam hukum Veda, mereka yang menolak dan tidak meyakini serta tidak mengamalkan hukum Veda di sebut sebagai golongan NASTIKA - orang tanpa kepercayaan -, sementara tugas guru dalam paham Catur Guru tersebut adalah menjaga Veda. Maka, dapatkah seorang NASTIKA di golongkan dan di sebut sebagai GURU ?.
Semoga bermanfaat......!!!.
Sumber:
- Di himpun dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment